Komentar

  1. MENCARI adalah sebuah kata yang mudah diucapkan. Tanpa kita sadari setiap hari kita selalu mencari. Mencari apapun, mencari nafkah, mencari rejeki, mencari amal, mencari berkah, mencari ilham, mencari jodoh, mencari pekerjaan, mencari penghasilan tambahan, Mencari kesalahan diri, mencari kesalahan orang lain.
    Mencari kesalahan diri, entah saya sadar atau tidak sadar, didalam menjalani hidup ini, mencari kesalahan diri lebih sering saya lakukan, bisa dikatakan hampir dati hidup saya ini belum pernah mencari kesalahan orang lain secara serius. Kalau saya menasehati/ memarahi begitu kata tenarnya,
    kepada anak sayapun, saya tidak langsung menununjuk kesalahan yang mereka lakukan, meskipun saya tahu yang mereka lakukan itu salah. didalam hati saya selalu berkata bahwa pusat dari kesalahan yang dilakukan keluarga saya itu adalah saya.
    Dari pengalaman hidup yang saya alami ini, banyak hal negatif yang akhirnya berdampak kepada saya. rasa percaya diri saya semakin harti semakin berkurang. hal ini menyebabkan terlalu banyak saya mengambil keputusan yang salah. kesalahan yang sangat saya sesali adalah saya terlalu memberikan proteksi terhadap anak - anak saya. saya sangat beruntung, karena ternyata anak saya memiliki jiwa petualang dan mereka mampu mengembangkan dirinya tanpa sepengetahuan saya.
    saya sangat beruntung karrena ternyata anak -anak saya sangat menyanyangi saya, sehinggga apa yang saya khawatirkan akan eterjadi pada mereka, mereka memahaminya, lalu mereka ekspresikan dalam bentuk prestasi sekolah maupun prestasi dalam bekerja. tidak jarang mereka sering memberikan kejutan prestasi yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Prestasi yang saya maksud disini bukan rangking kelas, melainkan sikap hidup mandiri. Misalnya untuk anak pertama saya, meskipun seorang anak perempuan dia memiliki pengalaman otomotif dan saya tidak pernah mengajarinya, sehingga apabila kendaraannya ada masalah, dia mampu menyelesaikan sendiri. Adiknya rajin beribadah dan pandai berorganisasi baik di kampus maupun dimasyarakat, dan itu juga tidak pernah saya ajarkan. Saya tidak yakin apakah itu dampak dari kebiasaan menyalahkan diri sendiri.
    "Mencari kesalahan orang lain orang lain? Saya tidak ada komentar tentang ini." Demikian papar seorang ibu sambil tersenyum.

    Didalam kehidupan anak -anak yang saya layani, mereka cenderung menyalahkan orang lain. Menurut pengamatan saya hal ini disebabkan mereka mencari rasa aman. Mengapa anak memiliki kebiasaan menyalahkan orang lain untuk mencari rasa aman? Hal ini disebabkan kita , orang tua juga memiliki kebiasaan menyalahkan orang lain, contoh konkrit, ada seorang anak memanjat pintu gerbang, lalu teman yang lain mengayun pintu gerbang sekolah tersebut, akhirnya selot dari pintu gerbang itu patah. maka terjadilah keributan untuk saling menyalahkan, yang mendorong, menyalahkan yang naik, begitu sebaliknya. ketika bu guru datang, ibu guru menyalahkan semua siswanya, mengapa mereka bermain pintu gerbang sampai merusakkannya. lau datang orangtua anak, orangtua menyalahkan ibu guru, mengapa ibu guru lengah tidak memperhatikan ketika anak anak bermain sehingga kejadian ini bisa terjadi. akhirnya datanglah bapak tukang kebun dan berkata: "Bapak, ibu dan anak anak sekalian, maafkan bapak, semua ini terjadi dikarenakan bapak yang lupa mengontrol selot pintu gerbang,sehingga tidak ketahuan kalau selotnya sudah rapuh, maka ketika kalian bermain selotnya patah"
    Semua mata melotot memandang bapak tukang kebun, muka mereka memerah menahan marah, "Dasar tukang kebun bodoh, nah karena kesalahanmu, akhirnya semua mendapat masalah"

    Dari cerita diatas, sesungguhnya siapa yang salah?
    Tolong yang tahu boleh berkomentar. karena saya sendiri juga bingung mencerna perkara ini. Terimakasih.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH BERITA ACARA PENETAPAN KURIKULUM SEKOLAH

DOKUMEN STANDAR TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK 0-6 TAHUN SESUAI PERMENDIKBUD 137

CONTOH SOP PENUTUP